Malam ini, setelah shalat magrib, tidak tahu angin apa yang
datang, aku tiba-tiba kepingin
memutar lagu “Depa Nasau Peddiku”, yang mungkin penyanyinya kalo gak salah Dewi Kaddi. Kuhidupkan
laptopku, menunggu windows loading,
menyorot folder “Music” melalui pointer mouse, dan segera kucari lagu Depa
Nasau Peddiku. Aku memutarnya.
Alunan music bergenre pop-rock Malaysia itu mengalun merdu
dengan volume yang tidak begitu besar, bahkan bisa dikatakan hanya aku sendiri
yang bisa mendengarnya di kamar kosku__aku hanya tidak ingin membuat keributan
di waktu magrib menjelang isya.
Sekali lagi, aku tidak tahu alasan yang tepat mengapa aku
ingin memutar lagu itu. Menghilangkan stress? Bukan, lagu-lagu penghilang
stessku biasanya lagu barat. Untuk sekedar menghibur diriku? Bukan juga tuh.
Tapi sebenarnya, dibalik semua itu, lagu tersebut
betul-betul membuat kenangan yang hampir tidak bisa kulupakan. Ketika malam ini
kudengar, perasaanku seakan beranjak kembali ke masa silam__3 tahun yang lalu,
ketika aku pertama kali berada di Bis untuk perjalanan yang begitu panjang:
Makassar – Luwuk. Perjalanan panjang yang melewati beberapa
daerah__Makassar-Pare-pare-Palopo-Barru-Mangkutana, hingga ke daerah perbatasan
(itu rutenya kalo gak salah). Dan, My God, I couldn’t even sleep in Bus. Really pathetic, isn’t it? Aku merasakan
penderitaan naik Bis untuk perjalanan panjang saat itu, ditemani oleh lagu Depa Nasau Peddiku tadi yang selalu
dialunkan oleh salah satu penumpang bus. Akhirnya lagu tersebut benar-benar
bersemayam di long term memoriku,
tertoreh bersama kisah perjalanan panjang di bis.
Lho kok mau naik
Bis, mau tersisksa di Bis… Orang-orang kapitalis sepertiku memang selalu
berprinsip ekonomi yang bisa dikatakan payah. Daripada lewat pesawat yang
tiketnya agak mahal, mending I try to go
by Bus. Aku memang kadang-kadang berfikir, daripada membuang-buang uang
untuk hal yang bisa kita lakukan dengan cara lain, mending coba cara lain
tersebut. Benar-benar cara yang “aneh”. Memanfaatkan
sesuatu sebaik-baiknya… Hahahaha.
Back to that song, sebenarnya
aku tidak tahu sama sekali arti dari lirik lagu tersebut, of course pesan dari lagu tersebut juga tidak. Tapi, aku
benar-benar tertarik ketika pertama kali aku mendengarnya. Mungkin karena
musiknya yang sedikit nge-rock, atau mungkin suara penyanyinya yang begitu powerful. I have no idea about that. Bisa saja soal musiknya, karena
kebetulan aku baru saja melepas masa SMA, masa remaja yang penuh dunia seni dan
music khususnya bagi diriku.
Berbicara tentang arti dari lagu tersebut, If I may guess (meminjam kata-katanya
kak Ida), lagu tersebut terkesan begitu sedih. Terdengar dari cara penyanyinya
menyanyikan lagu, intonasi dan nada yang dimainkan: sedih. Itu menurut
perkiraanku. Sampai sekarang, aku bahkan belum tahu arti dari judul lagu
tersebut, “Depa Nasau Peddiku”. Betul-betul,
bahasanya orang. Memang perlu dipelajari.
Aku yang sudah tinggal beberapa tahun di Kota Daeng, tidak
mengerti akan bahasa Bugis, Makassar pula. Mungkin hanya beberapa kata saja
yang aku kuasai dan aku tidak bisa menjamin kalau itu melebihi dari duapuluh
kosakata. Poor me. Bahkan, kemarin
aku sempat terlibat percakapan dengan temanku di facebook__komen-mengkomen. Di salah satu status temanku, seorang temanku
membalas komenku menggunakan bahasa Bugis. Katanya, “Dentoku se’ding”. Aku jadi
bingung, namun aku sempat bertanya pada salah seorang temanku yang juga orang
Bugis, ia menjelaskan artinya dan aku minta bantuannya untuk membalas komen
tersebut. Ia hanya berkata “ bilang saja mapaku
metto”. Oh My God! Aku sempat Tanya, gimana cara nulisnya tapi ia hanya mengucapkannya saja. Lantas
akupun menuliskan kata-kata tersebut sesuai apa yang kudengar. Dan aku tulis
“ma’paku metto”. Dan apa yang terjadi kemudian? Temanku malah tambah bingung
dengan komenku. “Ma’paku”. Hahahahaha. Hingga akhirnya aku menghapus komen
tersebut. Betul-betul bahasanya orang.
Depa nasau peddiku,
lagu yang berkesan bagiku namun aku tidak mengetahui apa sebenarnya isi lagu
tersebut. Begitulah sebuah lagu, kita bisa saja terkesan akan musiknya atau
nadanya, penyanyinya, bisa juga terkesan akan isi pesan dari lagu tersebut.
Namun bagiku, sekalipun aku tidak mengetahui arti dari lagu Depa Nasau Peddiku,
namun kayaknya aku tersentuh dengan lagu tersebut. Aku berharap suatu saat aku
akan tahu artinya dari lagu tersebut. Aku juga berharap bisa mempelajari bahasa
Bugis dan Makassar. I hope someone will
teach me.
Sebuah Catatan Kecil, Makassar, September 2012.
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...