Selamat membaca
KANJOLI
semoga bermanfaat

WIDGET

Label

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Followerku

BlogRoll

Blogger news

KANJOLI

Bahagia itu nikmat, senikmat kopi dengan moka putih.

KANJOLI




Pau lipu* pasti tahu dan kenal bangat dengan peganan yang satu ini. Jika tidak, berarti, logikanya, dia bukanlah seorang pau lipu, bukanlah seorang pau Banggai. Jika tidak, he/she must be crazy (ungkapan untuk sesuatu yang susah dipercaya). Pun jika tidak, dia pasti anak yang baru lahir 5 tahun yang lalu, dimana kue kanjoli sudah jarang ditampakkan batang hidungnya di kehidupan kita, di pasar-pasar, pada pagi atau sore hari, ketika terdengar suara anak kecil menjajakannya. Kanjoli doooi, kanjoli doooii

Ya, kanjoli. Ketika mendengar kata itu disebutkan, terbesitlah di benak kita akan gambaran sebuah, sesuatu yang berbentuk oval, warnanya sedikit kekuning-kuningan atau kecoklatan, yang tentunya bisa dimakan, apalagi ketika diikutkan dengan dabu-dabu-nya. Hmm…semua orang bisa ngiler dibuatnya. Penganan atau kue asli Banggai ini rasanya benar-benar luar biasa. Maknyosss. Jika saja Pak Bondan dan acara Wisata Kuliner sempat bertandang ke Banggai dan mencoba penganan ini pasti demikianlah katanya.

Kanjoli terbuat dari umbi singkong yang telah diparut atau dicukur hingga halus, dipisahkankan kadungan air dan saripatinya, kemudian saripati umbi singkong tersebut dikeringkan. Saripati umbi singkong (orang di daerahku biasa menyebutnya dapit) ini kemudian dibentuk bulatan-bulatan sedang, panjang dan lebarnya sekitar 6-7 cm x 3 cm, tak lupa diisikan tajabu ikan di dalamnya, dan siap digoreng hingga matang.

Singkong (orang Banggai menyebut Kasbii), sebagai bahan baku peganan kanjoli, mempunyai beberapa jenis, seperti Kasbii Pau, dan Kasbii Ndalangon. Masing-masing jenis dari singkong atau kasbii ini akan menentukan taste dan kegurihan peganan kanjoli. Kata orang, jenis Singkong Ndalangon-lah menghasilkan peganan kanjoli dengan rasa yang benar-benar maknyoss. Saya pun sudah pernah mencobanya. Rasanya memang berbeda, dan terdapat sedikit “kelembutan” dalam isi/daging peganan kanjoli.

Pada umumnya, di beberapa daerah di Banggai, kanjoli disajikan bersama dabu-dabu. Namun di beberapa daerah lainnya, seperti di daerah tempat saya berdomisili, di Kecamatan Liang, kanjoli tak disajikan dengan dabu-dabu atau sambal jenis lainnya. Tak tahu kenapa. Semenjak saya lahir dan besar disana, penganan kanjoli, yang juga menjadi penganan number wahid saya, tak pernah disajikan dengan dabu-dabu. Penjaja kanjoli pun tak ada yang mengikutsertakan dabu-dabu sebagai salah satu atribut peganan kanjoli. Saya hanya beberapa kali mencoba kanjoli ber-dabu-dabu di daerah Ipar saya di Kecamatan Banggai, dan rasanya benar-benar komplit: enak dan luar biasa maknyoss.

Berbicara tentang peganan Kanjoli, bulan lalu, kakanda sekaligus ‘bos’ saya memposting beberapa kalimat tentang kanjoli di facebook. Menurutnya, peganan kanjoli yang merupakan buatan asli nenek moyang pau lipu Banggai, sudah hampir punah, sehingga perlu adanya pelestarian peganan tersebut. Kenyataannya memang benar. Seperti yang saya sebutkan pada bagian pembuka di catatan ini, beberapa tahun terakhir ini, peganan kanjoli sudah jarang terlihat di pasar-pasar ataupun yang dijajakan oleh anak-anak di kampung-kampung.

Itulah patutnya kita menjaga dan melestarikan budaya daerah kita sendiri yang merupakan titipan nenek moyang kita. Patutnyalah kita melestarikan kue Kanjoli agar ia tak luput dan termakan zaman. Agar pula ia menjadi salah penanada ragam budaya Banggai. Suatu bangsa atau suku dikenal dan diingat berdasarkan budayanya. Sehingganya, marilah kita tetap mempertahankan eksistensi budaya Banggai dengan melestarikan peganan asli Banggai ini.

Note : * (orang asli Banggai)

0 komentar

Silahkan Beri Komentar Saudara...

Sepenggal Kata

Menulislah, maka anda akan meraba dunia, dan membacalah maka anda akan melihat dunia...

READ

......
Template Oleh trikmudahseo