Selamat membaca
Juni 2013
semoga bermanfaat

WIDGET

Label

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Followerku

BlogRoll

Blogger news

Bahagia itu nikmat, senikmat kopi dengan moka putih.

Bulan Penuh Penghujung Juni




Malam menanjak
Wajah bulan penuh sebesar asa
Membulat dalam pandangan, terjatuh dan menyumpal rongga dada

Aku menuang rasa
Pada gelas-gelas sarabba
Malam merona jingga, sendi-sendi nestapa telah sirna

Kutatap wajah bulan penuh
Menggurat cinta, melebur pilu
Ia tersenyum, menyirat seribu rindu

Pada dawai-dawai cinta aku bernyayi
Dalam pelukan malam aku berpuisi
Bulan penuh, kan kunantikan terus dirimu di penghujung Juni

Makassar, Juni 2013
Masbara "Lyl" Lumbon

Ingatkanku Kawan




Oleh: Abdi Lumbon

Kawan, terus ingatkanku kawan
Agar penaku tak pernah tenggelam
Agar jari-jemariku tetap bernyawa
Dan kertas-kertas tak pernah gundah gulana

Kawan, terus ingatkanku kawan
Akan indahnya menebar-nebar makna pada sajadah prosa
Akan eloknya menggelar-gelar rasa pada permadani kertas
Dan syahdunya sajak-sajak cinta

Aku hanya tak mau esok atau lusa nanti
Kata-kataku terbaring pilu di semak-semak belukar
Atau hanyut dan melebur dilahap senja
Terus ingatkanku kawan

Makassar, 26 Juni 2013, Pagi.


Some of The Best Moments in Life



 Disadur dari postingan seorang teman di facebook...



Some of the best moments in life :

Lying in bed listening to the rain outside..

Thinking about the person you love..

A long drive on calm road..

Finding money in your old jeans just when you need it..

Giggling over silly jokes..

Holding hands with a friend..

Getting a hug from someone who loves you..

The moment your eyes fill with tears after a big laugh..

surely you have any others of your own, keep them in a note, or tell me right now, hehehe :)

Depa Nasau Peddiku


Malam ini, setelah shalat magrib, tidak tahu angin apa yang datang, aku tiba-tiba kepingin memutar lagu “Depa Nasau Peddiku”, yang mungkin penyanyinya kalo gak salah Dewi Kaddi. Kuhidupkan laptopku, menunggu windows loading, menyorot folder “Music” melalui pointer mouse, dan segera kucari lagu Depa Nasau Peddiku. Aku memutarnya.

Alunan music bergenre pop-rock Malaysia itu mengalun merdu dengan volume yang tidak begitu besar, bahkan bisa dikatakan hanya aku sendiri yang bisa mendengarnya di kamar kosku__aku hanya tidak ingin membuat keributan di waktu magrib menjelang isya.

Sekali lagi, aku tidak tahu alasan yang tepat mengapa aku ingin memutar lagu itu. Menghilangkan stress? Bukan, lagu-lagu penghilang stessku biasanya lagu barat. Untuk sekedar menghibur diriku? Bukan juga tuh.

Tapi sebenarnya, dibalik semua itu, lagu tersebut betul-betul membuat kenangan yang hampir tidak bisa kulupakan. Ketika malam ini kudengar, perasaanku seakan beranjak kembali ke masa silam__3 tahun yang lalu, ketika aku pertama kali berada di Bis untuk perjalanan yang begitu panjang: Makassar – Luwuk. Perjalanan panjang yang melewati beberapa daerah__Makassar-Pare-pare-Palopo-Barru-Mangkutana, hingga ke daerah perbatasan (itu rutenya kalo gak salah). Dan, My God, I couldn’t even sleep in Bus. Really pathetic, isn’t it? Aku merasakan penderitaan naik Bis untuk perjalanan panjang saat itu, ditemani oleh lagu Depa Nasau Peddiku tadi yang selalu dialunkan oleh salah satu penumpang bus. Akhirnya lagu tersebut benar-benar bersemayam di long term memoriku, tertoreh bersama kisah perjalanan panjang di bis.

Lho kok mau naik Bis, mau tersisksa di Bis… Orang-orang kapitalis sepertiku memang selalu berprinsip ekonomi yang bisa dikatakan payah. Daripada lewat pesawat yang tiketnya agak mahal, mending I try to go by Bus. Aku memang kadang-kadang berfikir, daripada membuang-buang uang untuk hal yang bisa kita lakukan dengan cara lain, mending coba cara lain tersebut. Benar-benar cara yang “aneh”. Memanfaatkan sesuatu sebaik-baiknya… Hahahaha.

Back to that song, sebenarnya aku tidak tahu sama sekali arti dari lirik lagu tersebut, of course pesan dari lagu tersebut juga tidak. Tapi, aku benar-benar tertarik ketika pertama kali aku mendengarnya. Mungkin karena musiknya yang sedikit nge-rock, atau mungkin suara penyanyinya yang begitu powerful. I have no idea about that. Bisa saja soal musiknya, karena kebetulan aku baru saja melepas masa SMA, masa remaja yang penuh dunia seni dan music khususnya bagi diriku.

Berbicara tentang arti dari lagu tersebut, If I may guess (meminjam kata-katanya kak Ida), lagu tersebut terkesan begitu sedih. Terdengar dari cara penyanyinya menyanyikan lagu, intonasi dan nada yang dimainkan: sedih. Itu menurut perkiraanku. Sampai sekarang, aku bahkan belum tahu arti dari judul lagu tersebut, “Depa Nasau Peddiku”. Betul-betul, bahasanya orang. Memang perlu dipelajari. 

Aku yang sudah tinggal beberapa tahun di Kota Daeng, tidak mengerti akan bahasa Bugis, Makassar pula. Mungkin hanya beberapa kata saja yang aku kuasai dan aku tidak bisa menjamin kalau itu melebihi dari duapuluh kosakata. Poor me. Bahkan, kemarin aku sempat terlibat percakapan dengan temanku di facebook__komen-mengkomen. Di salah satu status temanku, seorang temanku membalas komenku menggunakan bahasa Bugis. Katanya, “Dentoku se’ding”. Aku jadi bingung, namun aku sempat bertanya pada salah seorang temanku yang juga orang Bugis, ia menjelaskan artinya dan aku minta bantuannya untuk membalas komen tersebut. Ia hanya berkata “ bilang saja mapaku metto”. Oh My God!  Aku sempat Tanya, gimana cara nulisnya tapi ia hanya mengucapkannya saja. Lantas akupun menuliskan kata-kata tersebut sesuai apa yang kudengar. Dan aku tulis “ma’paku metto”. Dan apa yang terjadi kemudian? Temanku malah tambah bingung dengan komenku. “Ma’paku”. Hahahahaha. Hingga akhirnya aku menghapus komen tersebut. Betul-betul bahasanya orang.

Depa nasau peddiku, lagu yang berkesan bagiku namun aku tidak mengetahui apa sebenarnya isi lagu tersebut. Begitulah sebuah lagu, kita bisa saja terkesan akan musiknya atau nadanya, penyanyinya, bisa juga terkesan akan isi pesan dari lagu tersebut. Namun bagiku, sekalipun aku tidak mengetahui arti dari lagu Depa Nasau Peddiku, namun kayaknya aku tersentuh dengan lagu tersebut. Aku berharap suatu saat aku akan tahu artinya dari lagu tersebut. Aku juga berharap bisa mempelajari bahasa Bugis dan Makassar. I hope someone will teach me.

Sebuah Catatan Kecil, Makassar, September 2012.

Sepatah, Dua Patah Kata Hj. Marwah Daud Ibrahim




Sebulan yang lalu ketika aku mengikuti acara Wisuda Iparku di Hotel Clarion Makassar, aku dibuat terkagum-kagum oleh Orasi Ilmiah yang dibawakan oleh Hj. Marwah Daud. Orasinya benar-benar menyentuh. Ini beberapa kata-katanya yang sempat terngiang di benakku:

“Bangunlah pada saat tengah malam dan ungkapkan serta tulislah mimpi-mimpi anda, hingga malaikat pun turun membantu menulis mimpi-mimpi anda”



“Wisuda itu katanya adalah hari mengawali…_bukan hanya sampai dsini perjuangan anda.”



“Setiap tarikan nafas itu adalah anugrah, tidak boleh sia-sia. Begitupun waktu…”

Sepenggal Kata

Menulislah, maka anda akan meraba dunia, dan membacalah maka anda akan melihat dunia...

READ

......
Template Oleh trikmudahseo